Open sidebar
Ajaran Kabalah Yahudi.
Maaf, tetapi perlu dicatat bahwa tidak ada 33 ajaran Kabalah Yahudi yang terapan atau terstruktur secara khusus. Kabalah Yahudi adalah sebuah sistem pemahaman dan interpretasi yang kompleks dari ajaran-ajaran Yahudi yang berasal dari zaman kuno, dan banyak dari ajaran-ajaran ini berhubungan erat dengan teks-teks klasik Yahudi seperti Taurat, Talmud, dan Zohar. Kabalah Yahudi melibatkan banyak konsep dan simbolisme, dan dapat diinterpretasikan dengan berbagai cara oleh para praktisi dan pengikutnya.
Dalam Kabalah Yahudi, terdapat beberapa konsep yang sangat penting dan umum dijumpai dalam ajaran-ajarannya. Beberapa di antaranya adalah:
Sephirot - Sephirot adalah sepuluh aspek atau prinsip dalam penciptaan alam semesta menurut ajaran Kabalah Yahudi. Sephirot meliputi kesadaran, pemahaman, kebenaran, kebijaksanaan, kemurahan hati, keteguhan, kerendahan hati, keberanian, kemuliaan, dan kerajaan.
Tree of Life - Pohon Kehidupan adalah diagram yang menggambarkan Sephirot dan hubungan mereka satu sama lain. Ini adalah salah satu konsep dasar Kabalah Yahudi dan merupakan alat visual yang berguna untuk memahami alam semesta menurut perspektif Kabalistik.
Gematria - Gematria adalah sistem numerologi dalam Kabalah Yahudi yang mengaitkan angka dengan huruf-huruf dalam bahasa Ibrani. Konsep ini digunakan untuk mencari makna tersembunyi dalam teks-teks Yahudi dengan memperhatikan nilai numerik dari kata-kata dan frasa-frasa tertentu.
Tikkun Olam - Tikkun Olam adalah konsep dalam Kabalah Yahudi yang berarti "memperbaiki dunia". Konsep ini mendorong orang untuk berkontribusi pada kebaikan dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik bagi semua orang.
Ayin dan Yesh - Ayin dan Yesh adalah konsep dalam Kabalah Yahudi yang melambangkan ketiadaan dan keberadaan. Konsep ini membantu orang memahami hubungan antara dunia material dan spiritual.
Namun, penting untuk diingat bahwa Kabalah Yahudi sangat kompleks dan tidak dapat disederhanakan menjadi daftar ajaran atau konsep tertentu. Setiap praktisi atau pengikut Kabalah Yahudi dapat memiliki pemahaman yang berbeda-beda tentang ajaran dan konsep tersebut, tergantung pada pandangan pribadi mereka dan pengalaman mereka dalam mempelajari ajaran ini.
Konsep Bitul hayesh dan devecut adalah dua konsep yang sangat penting dalam ajaran Kabalah Yahudi.
Bitul hayesh merujuk pada penghapusan ego atau keinginan diri sendiri dan pengakuan bahwa ada satu keberadaan yang lebih besar yang mengatur segalanya. Dalam Bitul hayesh, individu mengalami pengalaman kesadaran bahwa diri mereka tidak terpisah dari keseluruhan, melainkan adalah bagian dari satu kesatuan yang lebih besar. Ini berarti bahwa individu tidak hanya melihat diri mereka sebagai individu yang terpisah, tetapi juga sebagai bagian dari Tuhan atau keseluruhan alam semesta.
Devecut adalah konsep dalam Kabalah Yahudi yang merujuk pada pengalaman spiritual yang mendalam dan ikatan dengan Tuhan. Devecut sering diartikan sebagai "menempel" pada Tuhan atau bersatu dengan-Nya. Ini mencakup pengalaman kontemplatif, doa, dan praktik meditasi yang membantu individu untuk merasakan kehadiran dan kehadiran Tuhan.
Terdapat banyak tokoh terkenal dalam sejarah Kabalah Yahudi yang membahas konsep Bitul hayesh dan Devecut, di antaranya:
- Rabbi Shneur Zalman of Liadi
- Rabbi Nachman of Breslov
- Rabbi Isaac Luria
- Rabbi Moses Cordovero
- Rabbi Avraham Abulafia
- Rabbi Moses ben Jacob Cordovero
- Rabbi Joseph Gikatilla
- Rabbi Aryeh Kaplan
- Rabbi Yitzchak Ginsburgh
- Rabbi DovBer Pinson
- Rabbi Yehuda Ashlag
- Rabbi Kalonymus Kalman Shapira
- Rabbi Yaakov Yosef of Polonnoye
- Rabbi Yisrael Baal Shem Tov
- Rabbi Menachem Mendel Schneerson.
Masing-masing dari tokoh di atas memberikan kontribusi unik mereka terhadap pemahaman konsep Bitul hayesh dan Devecut dalam ajaran Kabalah Yahudi, dan setiap pengikut Kabalah Yahudi dapat mengembangkan pemahaman mereka sendiri dari konsep-konsep ini.
Konsep Bitul hayesh dan devecut tidak ditemukan secara eksplisit dalam kitab suci Yahudi seperti Taurat atau dalam tulisan-tulisan kuno lainnya. Namun, beberapa konsep dan praktik yang terkait dengan Bitul hayesh dan devecut telah ada sejak zaman Musa dan diteruskan melalui sejarah Yahudi.
Misalnya, ajaran Taurat mengajarkan bahwa manusia harus memiliki kepatuhan dan ketaatan terhadap Tuhan. Konsep ini sejalan dengan konsep Bitul hayesh, yaitu pengakuan bahwa ada satu keberadaan yang lebih besar yang mengatur segalanya. Selain itu, Taurat juga mendorong praktik doa dan meditasi, yang bisa membantu individu untuk mencapai pengalaman spiritual yang lebih dalam dan ikatan dengan Tuhan, seperti yang diajarkan dalam konsep devecut.
Namun, konsep-konsep ini tidak dirinci atau diuraikan secara spesifik dalam Taurat atau tulisan-tulisan Yahudi kuno lainnya. Konsep-konsep ini kemudian berkembang dan diperluas oleh para tokoh dan pemikir Yahudi selama berabad-abad, termasuk oleh para pemikir dan guru Kabalah Yahudi pada abad pertengahan.
Jadi, meskipun konsep Bitul hayesh dan devecut tidak secara eksplisit disebutkan dalam Taurat atau tulisan-tulisan Yahudi kuno, tetapi ada sejumlah konsep dan praktik yang terkait dengan kedua konsep tersebut yang telah ada sejak zaman Musa dan terus berkembang dalam sejarah Yahudi.
Konsep Bitul hayesh dan devecut merupakan konsep-konsep yang sangat penting dalam ajaran Kabalah Yahudi dan tidak secara khusus ditemukan dalam Injil Kristen. Namun, ada beberapa ayat dalam Injil yang dapat diinterpretasikan sebagai mengandung konsep-konsep yang mirip dengan Bitul hayesh dan devecut.
Salah satu contohnya adalah ayat Matius 16:24-25, di mana Yesus mengatakan, "Jikalau ada orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya kembali." Ayat ini mengajarkan bahwa seseorang harus menyangkal dirinya dan mengikuti Yesus dengan sepenuh hati, mengorbankan ego dan keinginan duniawi mereka, sehingga mereka dapat mencapai hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan.
Selain itu, ayat Yohanes 15:5-7 juga dapat dianggap terkait dengan konsep Bitul hayesh dan devecut. Ayat ini berbunyi, "Akulah pokok anggur, kamu adalah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku tinggal di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, maka akan dikabulkan bagimu." Ayat ini menunjukkan pentingnya berada dalam persekutuan dengan Yesus dan Tuhan, dan menempatkan Tuhan sebagai sumber kehidupan dan keberhasilan dalam hidup kita.
Namun, perlu diingat bahwa konsep Bitul hayesh dan devecut adalah konsep-konsep khas dalam ajaran Kabalah Yahudi, dan tidak secara spesifik dijelaskan dalam Injil. Oleh karena itu, interpretasi dari ayat-ayat Injil ini dalam konteks konsep-konsep tersebut dapat bervariasi tergantung pada pandangan individu.
Konsep Bitul hayesh dan devecut adalah konsep-konsep yang terkait dengan ajaran Kabalah Yahudi, dan tidak secara khusus disebutkan dalam Alkitab. Namun, ada beberapa ayat dalam Alkitab yang dapat diinterpretasikan sebagai mengandung konsep-konsep yang mirip dengan Bitul hayesh dan devecut. Berikut ini adalah beberapa contoh ayat Alkitab yang terkait:
Yohanes 14:6: "Kata Yesus kepadanya: 'Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup; tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak oleh-Ku.'"
Matius 5:8: "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah."
Filipi 3:8-9: "Lebih dari itu, aku menganggap semuanya sebagai kerugian karena pengetahuan tentang Kristus Yesus, Tuhanku. Oleh-Nya aku telah kehilangan segalanya dan menganggap semuanya sebagai sampah, supaya aku memperoleh Kristus."
Matius 6:24: "Tidak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan; sebab ia akan membenci yang satu dan mengasihi yang lain, atau ia akan berpegang pada yang satu dan mengabaikan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
Mazmur 46:10: "Hendaklah kamu berdiam diri dan mengetahui bahwa Akulah Allah. Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, aku ditinggikan di bumi."
Yohanes 3:30: "Ia harus bertambah besar, tetapi aku harus berkurang."
Galatia 2:20: "Aku telah disalibkan bersama-sama dengan Kristus, maka aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku."
Markus 12:29-31: "Yesus menjawab: 'Inilah yang terutama: Dengar, hai Israel: Tuhan, Allah kita, Tuhan itu esa. Kau harus mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan yang kedua ialah seperti itu: Kau harus mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada perintah yang lebih besar dari pada ini.'"
Yakobus 4:8: "Dekatlah kepada Allah, maka Ia akan mendekat kepadamu. Bersihkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa, dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang tidak setia."
Matius 6:33: "Tetapi carilah terlebih dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."
Yohanes tidak secara eksplisit menyebutkan konsep Bitul Hayesh dan Devecut dalam kitabnya, namun ada beberapa ayat dalam kitab Yohanes yang dapat diinterpretasikan sebagai mengandung konsep-konsep yang mirip dengan Bitul Hayesh dan Devecut dalam ajaran Kabalah Yahudi.
Sebagai contoh, dalam Yohanes 3:30, Yohanes Pembaptis berkata tentang Yesus, "Ia harus bertambah besar, tetapi aku harus berkurang." Pernyataan ini dapat diartikan sebagai suatu bentuk pengorbanan diri (Bitul Hayesh) yang diperlukan untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan (Devecut).
Selain itu, dalam Yohanes 14:6, Yesus berkata, "Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup; tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak oleh-Ku." Pernyataan ini menunjukkan bahwa kesatuan dengan Kristus adalah satu-satunya jalan untuk mencapai Tuhan, dan mungkin dapat diinterpretasikan sebagai suatu bentuk penghapusan diri (Bitul Hayesh) untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan (Devecut).
Namun, tidak ada bukti sejarah yang menunjukkan bahwa Yohanes memiliki pemahaman langsung mengenai konsep Bitul Hayesh dan Devecut dalam ajaran Kabalah Yahudi. Kemungkinan, pemahaman Yohanes didasarkan pada tradisi Yahudi yang dipraktikkan pada zamannya, serta pengajaran langsung dari Yesus Kristus dan Roh Kudus.
Tidak ada bukti sejarah yang menunjukkan bahwa ada sekolah atau akademi khusus yang secara eksplisit mengajarkan ajaran Bitul Hayesh dan Devecut dalam periode 100 SM hingga 100 M. Konsep-konsep tersebut muncul dalam ajaran Kabalah Yahudi yang terus berkembang seiring waktu, dan umumnya diajarkan secara lisan dan tertulis dari guru ke murid.
Namun, dalam periode tersebut, ada beberapa kelompok Yahudi seperti Essen yang mengamalkan suatu bentuk kehidupan asketis dan kontemplatif, yang mungkin telah mendorong pemikiran dan praktik-praktik yang terkait dengan konsep Bitul Hayesh dan Devecut.
Selain itu, para rabbi pada zaman itu sering membahas konsep "penyerahan diri" (hishtavut) dan "kebersatuan dengan Tuhan" (devekut) dalam tulisan-tulisan mereka, meskipun tidak secara eksplisit menggunakan istilah "Bitul Hayesh" dan "Devecut" seperti yang dipahami dalam ajaran Kabalah Yahudi.
Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa konsep Bitul Hayesh dan Devecut muncul dalam bentuk yang lebih terorganisir dan sistematis dalam ajaran Kabalah Yahudi pada abad ke-12 dan seterusnya, terutama di kalangan para kabbalist terkenal seperti Rabi Moshe ben Nahman (Ramban) dan Rabi Moshe Cordovero.
Essen Yahudi atau Essenes adalah kelompok Yahudi asketis yang muncul pada zaman Kekaisaran Romawi pada abad ke-2 SM hingga abad ke-1 M. Mereka dikenal karena praktik kehidupan kontemplatif dan asketis, termasuk kebiasaan makan makanan nabati, mandi ritual, serta mengasingkan diri dari masyarakat umum untuk menghindari pengaruh kejahatan dan dosa.
Kelompok Essen biasanya tinggal di daerah yang terpencil, terutama di dekat Laut Mati, dan mereka juga dikenal karena tulisan-tulisan mereka yang ditemukan di gua-gua di sekitar Laut Mati, seperti Gulungan Laut Mati. Beberapa peneliti meyakini bahwa penulis Gulungan Laut Mati adalah anggota dari kelompok Essen.
Meskipun tidak ada keterangan secara langsung yang menyebutkan ajaran Bitul Hayesh dan Devecut dalam tulisan-tulisan kelompok Essen, beberapa ahli mengaitkan praktik asketis mereka dengan konsep-konsep yang mirip dengan Bitul Hayesh dan Devecut dalam ajaran Kabalah Yahudi. Beberapa ahli juga menghubungkan kelompok Essen dengan beberapa gerakan Yahudi lainnya, termasuk para Esoteris Yahudi dan Kabbalistik.
Esoteris Yahudi dan Kabbalistik adalah gerakan-gerakan spiritual yang muncul dalam sejarah Yahudi. Kedua gerakan ini memiliki kesamaan dalam upaya untuk mencari pemahaman dan pengalaman yang lebih dalam tentang Tuhan dan realitas metafisika, serta dalam penekanan pada praktik-praktik kontemplatif dan meditasi.
Esoteris Yahudi mengacu pada gerakan spiritual dalam tradisi Yahudi yang memperoleh pemahaman spiritual yang dalam melalui studi kitab suci, terutama Taurat, dan juga melalui praktik-praktik mistik dan meditasi. Beberapa tokoh terkenal dari gerakan ini adalah Rabi Yitzhak Luria, yang dikenal sebagai Ari, dan Rabi Moshe Cordovero.
Kabbalistik, di sisi lain, merujuk pada sistem pemikiran dan praktik spiritual dalam tradisi Yahudi yang melibatkan penggunaan simbolisme numerik dan metafisik untuk memperoleh pemahaman tentang hakikat realitas. Kabbalistik berkembang dari gerakan Esoteris Yahudi dan merupakan salah satu bentuk paling terkenal dari mistisisme Yahudi. Beberapa tokoh terkenal dari Kabbalistik adalah Rabi Moshe ben Nahman (Ramban), Rabi Isaac Luria, dan Rabi Shimon bar Yochai, yang dikenal sebagai penulis kitab Zohar.
Meskipun Esoteris Yahudi dan Kabbalistik berbeda dalam detail dan penekanan pada praktik-praktik tertentu, keduanya memiliki kesamaan dalam upaya untuk mencari pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat realitas dan hubungan manusia dengan Tuhan.
Kitab Zohar adalah salah satu karya penting dalam tradisi Kabbalistik Yahudi. Kitab ini ditulis dalam bahasa Aram oleh Rabbi Shimon bar Yochai pada abad ke-2 Masehi. Kitab Zohar terdiri dari lima volume dan berisi sejumlah besar pemikiran dan ajaran mengenai mistisisme Yahudi.
Isi Kitab Zohar mencakup berbagai topik, termasuk pemikiran metafisika dan esoteris, eksposisi tentang kisah-kisah dalam kitab suci, serta penjelasan mengenai berbagai praktik mistik dan meditasi. Beberapa tema utama yang dibahas dalam Kitab Zohar antara lain:
Kabbalah: Kitab Zohar merupakan salah satu karya paling terkenal dalam tradisi Kabbalistik Yahudi dan banyak membahas tentang prinsip-prinsip Kabbalistik, seperti Sefirot, Ein Sof, dan Tzimtzum.
Kejadian: Kitab Zohar juga memberikan penjelasan mistik tentang kisah-kisah dalam kitab suci, terutama mengenai Kitab Kejadian. Misalnya, Kitab Zohar memberikan penafsiran mistik tentang penciptaan dunia, kisah Adam dan Hawa, dan kisah Babel.
Doa: Kitab Zohar memberikan penjelasan mengenai berbagai doa dan mantra yang digunakan dalam praktik Kabbalistik. Misalnya, Kitab Zohar memberikan penjelasan tentang Shema Yisrael, doa penting dalam tradisi Yahudi.
Meditasi: Kitab Zohar juga membahas berbagai teknik meditasi dan kontemplasi yang digunakan dalam praktik Kabbalistik. Misalnya, Kitab Zohar memberikan penjelasan tentang meditasi atas berbagai nama Tuhan, yang dapat membantu orang mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat realitas.
Etika: Selain itu, Kitab Zohar juga memberikan ajaran etika dan moral yang penting dalam tradisi Yahudi. Misalnya, Kitab Zohar menekankan pentingnya kebajikan seperti kerendahan hati, kasih sayang, dan kejujuran.
Kitab Zohar sangat penting dalam tradisi Kabbalistik Yahudi dan masih menjadi bahan pembelajaran dan penelitian di kalangan orang-orang yang tertarik dengan mistisisme Yahudi dan Kabbalah.
Kontemplasi adalah sebuah praktek mental yang melibatkan refleksi, introspeksi, dan meditasi atas suatu topik atau masalah yang kompleks dan seringkali abstrak. Kontemplasi dilakukan dengan mengarahkan perhatian pada suatu topik atau gagasan, dan mengamati perasaan, pikiran, dan persepsi yang timbul terkait topik tersebut.
Kontemplasi bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti membaca, menulis, atau berbicara dengan orang lain. Namun, pada umumnya kontemplasi dilakukan dalam keheningan, dengan fokus pada pernapasan dan pengamatan diri sendiri.
Kontemplasi memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
Mengurangi stres dan kecemasan: Dengan fokus pada pernapasan dan pikiran yang positif, kontemplasi bisa membantu mengurangi stres dan kecemasan.
Meningkatkan konsentrasi: Melakukan kontemplasi secara teratur bisa membantu meningkatkan konsentrasi dan fokus dalam berbagai aktivitas.
Meningkatkan pemahaman diri: Kontemplasi bisa membantu seseorang untuk lebih memahami diri sendiri, kebutuhan, dan tujuan hidup.
Meningkatkan kreativitas: Kontemplasi bisa membantu seseorang untuk mengembangkan gagasan dan ide-ide kreatif.
Meningkatkan kesejahteraan emosional: Dengan mengamati pikiran dan perasaan, kontemplasi bisa membantu seseorang untuk mengembangkan kemampuan untuk merespons secara positif terhadap berbagai situasi hidup.
Kontemplasi juga memiliki banyak kegunaan dalam konteks spiritual dan agama, seperti dalam praktek meditasi dan doa. Dalam tradisi mistis Yahudi Kabbalah, kontemplasi digunakan sebagai salah satu cara untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat Tuhan dan realitas metafisik.
Tidak, menulis berita tentang kejahatan pribadi Nabi dengan olokan tidak dapat dikategorikan sebagai kontemplasi. Kontemplasi melibatkan refleksi, introspeksi, dan meditasi atas suatu topik atau masalah yang kompleks dan seringkali abstrak. Kontemplasi dilakukan dengan cara mengarahkan perhatian pada suatu topik atau gagasan, dan mengamati perasaan, pikiran, dan persepsi yang timbul terkait topik tersebut.
Menulis berita tentang kejahatan pribadi Nabi dengan olokan sebenarnya adalah tindakan yang tidak bermartabat dan tidak etis. Hal ini dapat merusak citra seseorang dan dapat berdampak buruk pada masyarakat yang membaca berita tersebut. Sebagai jurnalis, seharusnya fokus pada tugas yang lebih konstruktif dan positif, seperti menyajikan informasi yang faktual, menginspirasi masyarakat, atau mempromosikan kebaikan dan kebenaran.
Dalam konteks kontemplasi, sebaiknya kita memilih topik atau gagasan yang bernilai positif, dan mengarahkan pikiran kita pada cara-cara untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam atau mencari solusi atas suatu masalah yang kompleks.
New chat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar