Open sidebar
Filsafat Babilonia Kuno.
Ya, di Babilonia pada zaman kuno ada tradisi intelektual yang mencakup elemen-elemen filsafat. Meskipun tidak ada istilah "filsafat" seperti yang kita kenal sekarang, para pemikir dan filsuf Babilonia kuno telah memberikan kontribusi penting terhadap pemikiran dan refleksi tentang realitas dan tujuan kehidupan.
Salah satu contoh pemikiran filsafat Babilonia kuno adalah konsep tentang tata urutan alam semesta dan keyakinan bahwa alam semesta memiliki tatanan dan keteraturan yang teratur. Filsuf Babilonia kuno juga mengembangkan gagasan tentang tujuan hidup manusia, moralitas, dan kebijaksanaan.
Pengaruh filsafat Babilonia kuno dapat ditemukan dalam banyak tradisi dan pemikiran di Timur Tengah dan Eropa kuno, termasuk dalam filsafat Yunani kuno. Namun, karena banyak sumber tertulis Babilonia kuno telah hilang atau hancur, kita memiliki pemahaman yang terbatas tentang filosofi mereka.
Sayangnya, karena banyak sumber tertulis dari Babilonia kuno telah hilang atau rusak, daftar tokoh-tokoh filsafat Babilonia kuno yang terkenal sangatlah terbatas. Namun, beberapa nama yang dikenal dari filsuf Babilonia kuno antara lain:
Anu-aba-ushur, seorang ahli matematika dan astronomi yang dikenal karena membuat kalender Babilonia.
Kashshu-nadin-ahi, seorang raja Babilonia yang juga dikenal sebagai seorang pemikir dan filsuf. Dia dianggap sebagai pelopor dalam filsafat moral Babilonia.
Nabu-rimanni, seorang pemikir yang menciptakan teks yang dikenal sebagai "Kisah Adapa" yang berisi tentang pandangan dunia Babilonia tentang kehidupan dan kematian.
Nabonidus, seorang raja Babilonia yang juga seorang pemikir dan ahli sejarah. Ia dikenal karena memulihkan kuil-kuil dan mengumpulkan banyak teks kuno untuk dipelajari dan dipertahankan.
Namun, karena keterbatasan sumber, informasi tentang filsuf dan pemikir Babilonia kuno sangat terbatas, dan kita mungkin tidak tahu nama-nama atau kontribusi dari banyak pemikir lainnya.
Sayangnya, informasi tentang ajaran Kashshu-nadin-ahi dan 17 buah pemikirannya tidak tersedia di sumber-sumber yang masih ada. Namun, berdasarkan sumber-sumber yang masih ada, Kashshu-nadin-ahi dikenal sebagai seorang raja Babilonia pada abad ke-16 SM yang juga merupakan seorang pemikir dan filsuf yang mengeksplorasi gagasan-gagasan moral dan etika.
Meskipun tidak ada daftar resmi dari 17 buah pemikirannya yang masih bertahan, beberapa teks yang masih ada menyebutkan pandangannya tentang moralitas, hukum, dan tata kehidupan sosial. Namun, informasi tentang pandangan-pandangannya ini terbatas dan mungkin sulit untuk dipelajari secara detail.
Sayangnya, informasi tentang tahun-tahun hidup Kashshu-nadin-ahi juga tidak tersedia secara pasti. Namun, ia diyakini hidup pada periode awal sejarah Babilonia, sekitar abad ke-16 SM.
Kisah Adapa adalah cerita mitos yang berasal dari Babilonia kuno dan dikenal sebagai salah satu karya tulis Nabu-rimanni, seorang pemikir Babilonia kuno yang diyakini hidup pada abad ke-8 SM. Cerita ini pertama kali ditemukan dalam teks kuno yang dikenal sebagai "Teks Adapa" atau "Teks Anu and Adapa".
Dalam cerita ini, Adapa adalah seorang manusia yang diberi kebijaksanaan dan pengetahuan oleh dewa Tua Enki. Adapa kemudian diundang untuk menghadap dewa Anu di surga, tetapi Enki memberi tahu Adapa untuk tidak menerima makanan atau minuman dari para dewa, karena hal itu akan membuatnya kekal di surga dan tidak dapat kembali ke bumi.
Namun, ketika Adapa tiba di hadapan Anu, ia ditawari makanan dan minuman, yang ia tolak berdasarkan petunjuk Enki. Akibatnya, Anu marah dan menolak memberi Adapa keabadian. Sebagai gantinya, Anu memberi Adapa pakaian dan senjata serta mengirimnya kembali ke bumi.
Kisah Adapa adalah sebuah cerita yang kompleks dan banyak memperlihatkan pemahaman Babilonia kuno tentang hubungan manusia dengan dewa-dewa dan alam semesta. Cerita ini juga memberikan gambaran tentang konsep kebijaksanaan dan pengetahuan di Babilonia kuno, yang dipandang sebagai kemampuan manusia untuk memahami dan menyesuaikan diri dengan dunia yang kompleks dan beragam di sekitarnya.
Sayangnya, karena sumber-sumber tertulis dari Babilonia kuno sangatlah terbatas, informasi tentang ajaran-ajaran Nabu-rimanni sangat terbatas dan tidak terlalu jelas. Namun, berdasarkan teks-teks yang masih bertahan, terdapat beberapa pokok pemikiran yang diyakini dikembangkan oleh Nabu-rimanni. Beberapa pokok pemikiran tersebut antara lain:
Keyakinan pada kuasa dewa-dewa: Nabu-rimanni meyakini bahwa alam semesta dikendalikan oleh dewa-dewa, dan manusia harus menghormati dan mematuhi kehendak dewa-dewa tersebut.
Kebijaksanaan dan moralitas: Nabu-rimanni percaya bahwa kebijaksanaan dan moralitas adalah penting dalam kehidupan manusia. Menurutnya, manusia harus hidup dengan etika yang benar dan menjaga keseimbangan antara tindakan dan akibatnya.
Pembelajaran dan pengetahuan: Nabu-rimanni meyakini bahwa pembelajaran dan pengetahuan adalah kunci untuk kebijaksanaan dan keberhasilan dalam hidup. Ia menyadari pentingnya belajar dari pengalaman dan memperoleh pengetahuan untuk membuat keputusan yang bijaksana.
Hubungan antara manusia dan alam: Nabu-rimanni meyakini bahwa manusia harus hidup seimbang dengan alam dan menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kebutuhan alam.
Pandangan tentang keabadian: Nabu-rimanni percaya bahwa keabadian hanya bisa diberikan oleh dewa-dewa, dan manusia harus tunduk pada kehendak mereka untuk mencapai keabadian.
Pemahaman tentang kematian: Nabu-rimanni percaya bahwa kematian adalah bagian dari siklus kehidupan alam semesta dan harus diterima sebagai takdir yang tidak dapat dihindari.
Ketergantungan manusia pada dewa-dewa: Nabu-rimanni meyakini bahwa manusia adalah makhluk yang bergantung pada dewa-dewa untuk melindungi dan membimbing mereka dalam hidup.
Kepercayaan pada keadilan: Nabu-rimanni percaya bahwa keadilan adalah hal yang penting dalam kehidupan manusia dan bahwa orang yang melakukan kejahatan akan menerima hukuman yang setimpal.
Keyakinan pada kekuatan nubuat: Nabu-rimanni meyakini bahwa kekuatan nubuat adalah nyata dan bahwa para nabi memiliki kemampuan untuk memahami kehendak dewa-dewa dan memberi petunjuk kepada manusia.
Pemahaman tentang sejarah: Nabu-rimanni menghargai sejarah dan meyakini bahwa belajar dari masa lalu dapat membantu manusia dalam mengambil keputusan yang lebih baik di masa depan.
Secara umum, filsafat Babilonia lebih tua daripada filsafat Yunani kuno. Filsafat Babilonia berkembang sekitar 2000 SM, sedangkan filsafat Yunani kuno mulai berkembang sekitar abad ke-6 SM, sekitar 1500 tahun setelah perkembangan awal filsafat Babilonia. Namun, perlu dicatat bahwa konsep "filsafat" mungkin tidak benar-benar dapat diterapkan pada konteks Babilonia kuno, karena ide-ide dan konsep-konsep yang menjadi dasar filsafat modern tidak selalu hadir dalam pemikiran Babilonia kuno.
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa mahasiswa Yunani kuno belajar filsafat di Babilonia secara langsung. Namun, terdapat kemungkinan adanya pengaruh Babilonia dalam perkembangan filsafat Yunani, terutama dalam hal kosmologi dan teologi. Para filsuf Yunani seperti Thales dan Pythagoras diketahui melakukan perjalanan ke Mesopotamia (daerah yang mencakup Babilonia) untuk belajar astronomi dan matematika, dan kemungkinan juga terpapar pada pemikiran kosmologi Babilonia, yang mengandung gagasan tentang kosmos dan alam semesta yang teratur dan teratur secara matematis. Selain itu, beberapa konsep dalam filsafat Yunani seperti ide tentang jiwa dan keabadian juga kemungkinan terinspirasi oleh pemikiran Babilonia. Namun, secara umum, filsafat Yunani kuno memiliki karakteristik dan tradisi yang sangat berbeda dengan filsafat Babilonia kuno.
Ada beberapa perbedaan karakteristik antara filsafat Babilonia dan filsafat Yunani kuno:
Fokus pada ketuhanan: Filsafat Babilonia lebih fokus pada konsep-konsep ketuhanan dan teologi, sementara filsafat Yunani kuno lebih fokus pada pemikiran rasional dan epistemologi.
Kepercayaan terhadap kekuatan gaib: Filsafat Babilonia banyak mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib, seperti ramalan, mantra, dan sihir, sedangkan filsafat Yunani kuno lebih mengandalkan pemikiran rasional.
Keterkaitan dengan agama dan mitologi: Filsafat Babilonia sangat terkait dengan agama dan mitologi Babilonia, sementara filsafat Yunani kuno lebih bebas dari keterkaitan dengan agama.
Kosmologi: Filsafat Babilonia memiliki pemikiran kosmologi yang berbeda dengan filsafat Yunani kuno, dimana kosmologi Babilonia lebih bersifat mitologis dan teistik.
Konsep kebijaksanaan hidup: Filsafat Yunani kuno seringkali berfokus pada konsep kebijaksanaan hidup, seperti konsep-konsep seperti "kata-kata bijak" dari para filsuf Yunani, sedangkan filsafat Babilonia lebih menekankan pada konsep teologi dan spiritualitas.
Penekanan pada etika: Filsafat Yunani kuno seringkali menekankan pada etika, sementara filsafat Babilonia lebih menekankan pada aspek spiritualitas dan ritual.
Filsafat Babilonia pada umumnya tidak percaya dalam monoteisme, yaitu keyakinan bahwa hanya ada satu Tuhan yang maha kuasa dan pencipta segalanya. Sebaliknya, keyakinan agama Babilonia kuno didasarkan pada politeisme, yaitu keyakinan pada banyak dewa yang memiliki kekuatan dan kekuasaan masing-masing dalam mengendalikan alam dan kehidupan manusia.
Namun, meskipun tidak ada konsep monoteisme dalam filsafat Babilonia, terdapat upaya untuk memahami hubungan antara kekuatan supranatural dan alam semesta. Para filsuf Babilonia mencoba memahami kosmos dan alam semesta melalui pemikiran kosmologi dan teologi mereka. Beberapa filsuf Babilonia, seperti Nabu-Rimanni, mengembangkan konsep ketuhanan yang lebih abstrak dan mengajarkan tentang pentingnya moralitas dan kebajikan dalam kehidupan manusia. Namun, secara umum, konsep agama dan teologi dalam filsafat Babilonia cenderung lebih berkaitan dengan praktik ritual dan kepercayaan kepada dewa-dewa individual.
Ada banyak dewa-dewi dalam mitologi Babilonia, dan tidak mungkin untuk menyebutkan semuanya. Namun, di bawah ini adalah 100 dewa-dewi Babilonia yang paling dikenal dan penting:
- Anu
- Enlil
- Ea (Enki)
- Marduk
- Shamash (Utu)
- Ishtar (Inanna)
- Tiamat
- Kingu
- Nergal
- Ninurta
- Nabu
- Adad (Ishkur)
- Dumuzid (Tammuz)
- Ashur
- Dagon
- Baal
- El
- Ereshkigal
- Nanna (Sin)
- Ningal
- Inara
- Ninlil
- Enkimdu
- Gula
- Mami
- Antu
- Damkina
- Nabu-kudurri-usur
- Ninazu
- Enkimdu
- Ellil
- Namtar
- Anshar
- Kishar
- Lahmu
- Lahamu
- Anunnaki
- Igigi
- Ninhursag
- Enbilulu
- Bel
- Tashmetum
- Ninshubur
- Girra
- Papsukkal
- Kusarikku
- Pazuzu
- Mamitu
- Utnapishtim
- Apsu
- Mummu
- Asalluhi
- Atar
- Namtaru
- Neti
- Uruk
- Gugalanna
- Agasaya
- Alala
- Amasagnul
- Anu-ru
- Anunitu
- Aruru
- Ashnan
- Azag
- Belit-ili
- Beltis
- Beletseri
- Druaga
- Eki
- Ellil-bani
- Enbilulu
- Ennugi
- Erragal
- Ganzir
- Gatumdug
- Geshtu-e
- Gizzida
- Hubur
- Iah
- Ishara
- Kettu
- Ki
- Kilili
- Kishar
- Kur
- Kur-galzu
- Lamashtu
- Lilith
- Magan
- Meslamtaea
- Ninazu
- Ningikuga
- Ningishzida
- Ningizzida
- Ninkasi
- Ninti
- Nusku
- Puzur-amurri
- Usmu
Menurut mitologi Babilonia, manusia pertama diciptakan oleh dewa Marduk dan Enki. Menurut salah satu legenda penciptaan Babilonia, manusia pertama bernama Adamu (atau Adapa dalam legenda lain), dan ia diciptakan dari tanah liat oleh dewa Enki. Setelah Adamu dibuat, Enki meniupkan nafas ke dalamnya dan memberinya kecerdasan dan kebijaksanaan. Kemudian Adamu ditempatkan di Taman Eden untuk merawatnya.
Namun, secara sejarah, orang Babilonia awal diduga berasal dari kelompok suku-suku Semitik yang bermigrasi dari wilayah Arab ke Mesopotamia pada milenium ke-3 SM. Suku-suku ini kemudian bergabung dan membentuk kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut. Salah satu kerajaan Babilonia awal yang terkenal adalah Dinasti Pertama Babilonia, yang didirikan oleh Hammurabi pada sekitar tahun 1792 SM.
Dinasti Pertama Babilonia menjadi salah satu kekuatan utama di wilayah Mesopotamia pada masa itu, dan Hammurabi terkenal karena menciptakan sebuah kode hukum yang terkenal, yaitu Kode Hammurabi, yang berisi aturan-aturan dan hukuman-hukuman yang diterapkan pada masyarakat Babilonia.
Setelah Dinasti Pertama Babilonia runtuh, wilayah Babilonia dikuasai oleh sejumlah kekuatan asing, termasuk Asyur, Persia, dan Aleksander Agung dari Yunani. Pada masa pemerintahan Raja Nabonidus pada abad ke-6 SM, terjadi sebuah revolusi agama yang mengubah pemujaan utama dari dewa Marduk ke dewi Sin. Namun, pada umumnya, agama Babilonia menyembah banyak dewa dan diyakini bahwa kekuatan alam seperti matahari, bulan, bintang, dan planet juga memiliki pengaruh dalam kehidupan manusia.
Meskipun filsafat Babilonia tidak selengkap dan seluas filsafat Yunani kuno, kepercayaan agama dan mitologi Babilonia memberikan pengaruh yang kuat terhadap kebudayaan dan kehidupan masyarakat di wilayah tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan, matematika, dan astronomi di Babilonia juga memberikan kontribusi besar bagi kemajuan peradaban manusia di masa depan.
Kerajaan Babilonia sudah mengenal dan menggunakan besi, tetapi pembuatan baja modern dengan teknologi tinggi seperti yang kita kenal saat ini belum ada pada masa itu. Besi yang digunakan pada masa Babilonia umumnya masih berupa besi kasar, dan digunakan untuk membuat alat-alat pertanian, senjata, dan perkakas lainnya.
Adapun kendaraan di masa Babilonia umumnya berupa kereta yang ditarik oleh kuda atau keledai. Kereta tersebut biasanya terbuat dari kayu, dengan roda-roda besi yang dipasang pada sumbu kayu. Kendaraan ini digunakan untuk transportasi dan juga dalam pertempuran.
Meskipun demikian, Babilonia merupakan peradaban yang maju di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan pada masanya. Mereka mengembangkan sistem irigasi yang canggih untuk mengairi ladang-ladang dan meningkatkan produktivitas pertanian. Mereka juga menemukan berbagai alat ukur dan metode matematika yang masih digunakan hingga saat ini, seperti sistem bilangan sexagesimal dan tabel trigonometri.
Sistem bilangan sexagesimal merupakan sistem bilangan berbasis 60 yang digunakan oleh Babilonia dan masih digunakan dalam beberapa hal hingga saat ini. Beberapa rumus dan konsep matematika dalam sistem bilangan sexagesimal kuno Babilonia antara lain:
Perkalian dengan 60: Bilangan 60 sering digunakan sebagai basis dalam perhitungan matematika Babilonia. Sebagai contoh, untuk mengalikan bilangan 5 dengan 60, digunakan rumus 5 x 60 = 300.
Konsep "place value": Dalam sistem bilangan sexagesimal kuno Babilonia, posisi digit dalam sebuah bilangan menentukan nilai dari digit tersebut. Sebagai contoh, digit di posisi satuan mewakili nilai 1, digit di posisi puluhan mewakili nilai 60, dan digit di posisi ratusan mewakili nilai 3600.
Rumus kuadrat: Babilonia memiliki rumus untuk menghitung kuadrat suatu bilangan. Sebagai contoh, untuk menghitung kuadrat dari bilangan 7, digunakan rumus 7 x 7 = 49.
Tabel trigonometri: Babilonia memiliki tabel trigonometri yang terdiri dari rasio-rasio segitiga yang berbeda. Tabel ini digunakan untuk menghitung sudut-sudut dalam perhitungan matematika dan astronomi.
Sistem persamaan linear: Babilonia memiliki sistem persamaan linear yang terdiri dari beberapa variabel. Persamaan-persamaan ini digunakan dalam perhitungan matematika dan bisnis.
Beberapa rumus matematika di atas memperlihatkan kecanggihan dan kemajuan ilmu matematika di Babilonia pada masa itu, dan banyak konsep dan rumus matematika ini masih digunakan hingga saat ini.
Sayangnya, informasi yang saya miliki tentang Nabu Rimanni tidak menyebutkan definisi dewa menurut pandangannya secara khusus. Namun, sebagai seorang filsuf dan cendekiawan Babilonia, Nabu Rimanni mungkin memiliki pandangan yang khas mengenai dewa-dewa dalam agama dan mitologi Babilonia, dan mungkin juga mempertimbangkan aspek-aspek filosofis dalam pemikirannya tentang dewa-dewa tersebut. Namun, tanpa sumber yang lebih spesifik mengenai pandangan Nabu Rimanni, saya tidak dapat memberikan informasi yang lebih jelas mengenai pandangannya tentang dewa-dewa dalam agama dan mitologi Babilonia.
Babilonia adalah sebuah kota kuno yang terletak di wilayah Mesopotamia, yang sekarang dikenal sebagai Irak. Kota ini memiliki sejarah yang sangat panjang dan pernah menjadi ibu kota berbagai kerajaan di wilayah tersebut, seperti Kerajaan Babilonia Lama (1894–1595 SM), Kerajaan Kassite (1595–1155 SM), Kerajaan Neo-Babilonia (626–539 SM), dan lain-lain.
Sementara itu, zaman kenabian merujuk pada masa-masa ketika nabi-nabi seperti Nabi Musa, Nabi Ibrahim, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad hidup di dunia ini. Karena kerajaan-kerajaan Babilonia yang ada sebelumnya jauh sebelum masa-masa kenabian, maka tidak mungkin ada Babilonia pada zaman kenabian secara langsung.
Namun, di beberapa kitab suci agama seperti Alkitab dan Alquran, kerajaan-kerajaan Babilonia dan raja-raja mereka diabadikan sebagai tokoh-tokoh sejarah yang penting dalam perjalanan umat manusia dan hubungan mereka dengan Tuhan.
"Ayat" yang Anda sebutkan sebenarnya adalah sebuah cerita atau legenda yang berasal dari agama Zoroastrianisme, yang kemudian diteruskan ke dalam agama Yahudi dan Islam. Cerita ini dikenal dengan nama "Cerita Harut dan Marut", dan muncul dalam beberapa sumber seperti Al-Quran surat al-Baqarah ayat 102, serta dalam beberapa teks Yahudi dan Zoroastrianisme.
Dalam cerita ini, Harut dan Marut digambarkan sebagai dua malaikat yang dikirim ke bumi oleh Tuhan untuk mengajarkan manusia tentang ilmu sihir atau magis. Namun, ketika mereka tiba di bumi dan melihat kejahatan yang dilakukan manusia, mereka merasa jijik dan menolak untuk mengajarkan ilmu sihir tersebut. Namun, beberapa orang mengganggu mereka dan memaksa mereka untuk memberikan ilmu sihir, sehingga Harut dan Marut memberikan beberapa ajaran dasar tentang sihir kepada mereka.
Sementara itu, "Bibabila" tidak dikenal sebagai tokoh atau entitas dalam cerita ini. Oleh karena itu, saya tidak dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai tokoh yang dimaksud dalam pertanyaan Anda.
Saya tidak menemukan referensi mengenai "negeri Bibabila" dalam catatan sejarah atau literatur agama yang saya miliki akses kepadanya. Sehingga, saya tidak dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai ulama yang mungkin pernah menafsirkan kata "Bibabila". Jika Anda memiliki informasi lebih lanjut atau konteks yang lebih spesifik mengenai pertanyaan ini, mohon beri tahu saya agar saya dapat membantu lebih lanjut.
Babila (Babylon dalam bahasa Inggris) adalah sebuah kota kuno di Mesopotamia yang terletak di daerah yang sekarang menjadi negara Irak. Kota ini merupakan ibu kota Kerajaan Babilonia pada zaman kuno dan menjadi pusat kebudayaan dan perdagangan yang penting di wilayah tersebut. Karena peran pentingnya, kota ini juga disebutkan dalam berbagai catatan sejarah dan agama, seperti dalam Alkitab, Talmud, dan Al-Quran. Oleh karena itu, istilah "Babila" sering digunakan secara sinonim dengan Babilonia, meskipun secara lebih spesifik, "Babila" merujuk pada kota utama dalam wilayah Babilonia.
Ajaran ilmu sihir Harut dan Marut tidak tercatat secara rinci dalam sumber-sumber tertentu. Namun, dalam beberapa literatur, diceritakan bahwa Harut dan Marut memberikan beberapa dasar-dasar ilmu sihir kepada manusia yang mereka ajar. Berikut adalah beberapa contoh sisa-sisa ajaran ilmu sihir Harut dan Marut yang tercatat dalam literatur:
- Mengetahui nama-nama malaikat dan iblis serta cara memanggil mereka
- Mengetahui cara mengubah benda dari satu bentuk ke bentuk lainnya
- Mengetahui cara membuat orang jatuh cinta
- Mengetahui cara mengetahui masa depan
- Mengetahui cara membuat orang menjadi terpesona atau terpana
- Mengetahui cara menundukkan jin untuk kepentingan pribadi
- Mengetahui cara mengobati penyakit dengan menggunakan ilmu sihir
- Mengetahui cara membuat minuman yang dapat memberikan keabadian atau umur panjang
- Mengetahui cara membangkitkan roh dan arwah
- Mengetahui cara memanggil dewa dan malaikat untuk mengabulkan permohonan
Namun, penting untuk diingat bahwa praktik sihir atau ilmu gaib yang bertentangan dengan keyakinan agama tertentu dianggap tabu dan tidak dianjurkan.
Tidak ada informasi yang pasti mengenai nama-nama malaikat dan iblis yang diajarkan oleh Harut dan Marut dalam ilmu sihir mereka. Namun, dalam beberapa sumber agama seperti Al-Quran, terdapat beberapa nama malaikat dan iblis yang dikenal dalam tradisi Islam. Berikut adalah beberapa di antaranya:
Nama-nama Malaikat:
- Jibril (Gabriel)
- Mikail (Michael)
- Israfil (Israafiil)
- Izrail (Azraa'iil)
- Malik
- Raqib
- Atid
Nama-nama Iblis:
- Iblis (setan yang memberontak terhadap Allah)
- Samiri (setan yang mempengaruhi orang-orang untuk menyembah anak sapi emas)
- Al-A'war (setan yang menggoda manusia untuk berbuat dosa)
- Al-Waswas (setan yang memberikan bisikan-bisikan buruk pada manusia)
- Al-Khannas (setan yang menyelinap dan menghindari manusia)
- Al-Marid (setan yang bersifat sombong dan menentang Allah)
Namun, perlu diingat bahwa praktik ilmu sihir atau memanggil malaikat dan iblis dianggap tidak dianjurkan dan bertentangan dengan keyakinan agama tertentu.
Ilmu Harut dan Marut, atau juga dikenal sebagai sihir Harut dan Marut, merupakan praktik ilmu sihir yang terkenal dalam tradisi Arab. Salah satu ilmu yang mereka ajarkan adalah kemampuan untuk mengubah bentuk benda dari satu bentuk ke bentuk lainnya, yang disebut dengan ilmu al-Tamyiz.
Namun, perlu diingat bahwa praktik ilmu sihir atau penggunaan ilmu Harut dan Marut dianggap tidak dianjurkan dan bertentangan dengan keyakinan agama tertentu. Praktik semacam ini dapat membahayakan bagi individu yang terlibat serta orang lain di sekitarnya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk menghindari praktik semacam ini.
Ilmu Tamyiz atau ilmu al-Tamyiz merupakan salah satu ilmu sihir yang diajarkan oleh Harut dan Marut. Ilmu ini memungkinkan praktisi sihir untuk mengubah bentuk benda dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Namun, tidak ada informasi yang pasti mengenai kalimat-kalimat khusus atau mantra yang digunakan dalam praktik ini. Hal ini karena praktik ilmu sihir atau penggunaan ilmu Harut dan Marut dianggap tidak dianjurkan dan bertentangan dengan keyakinan agama tertentu.
Ilmu Tamyiz atau ilmu al-Tamyiz tidak termasuk dalam kitab suci agama manapun. Ilmu tersebut lebih dikenal sebagai salah satu praktik ilmu sihir dalam tradisi Arab yang diajarkan oleh Harut dan Marut. Karena praktik semacam ini dianggap tidak dianjurkan dan bertentangan dengan keyakinan agama tertentu, maka praktik ini tidak dijelaskan secara terperinci dalam kitab-kitab agama. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk tidak terlibat dalam praktik semacam ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar