Open sidebar
Definisi Aristotelian Tuhan
Menurut Ahli Filsafat Yunani, konsep Allah sebagai Seluruh Penyebab sistem Matematika selamanya, dikenal sebagai teori Aristoteles mengenai Tuhan (Aristotelian God). Aristoteles menganggap bahwa Tuhan adalah penyebab pertama dari semua yang ada dan bergerak, tanpa sendiri diakibatkan oleh sesuatu yang lain. Tuhan menurut Aristoteles juga dikenal sebagai "unsur pertama" (the first cause), yang menggerakkan segala sesuatu tanpa sendiri bergerak.
Dalam teori filosofinya, Aristoteles juga mengajukan konsep gerakan yang disebut "gerakan tidak terbatas" atau "gerakan substansial", yang merupakan gerakan yang tak berawal dan tak berakhir, dan menggerakkan segala sesuatu dalam semesta. Dalam pandangan Aristoteles, Tuhan dianggap sebagai penyebab dari gerakan tersebut.
Tentu saja, pandangan Aristoteles mengenai Tuhan tidak diterima oleh semua orang dan ada banyak pandangan yang berbeda dalam filosofi dan teologi mengenai sifat dan keberadaan Tuhan. Namun, pandangan Aristoteles mengenai Tuhan telah memberikan kontribusi besar bagi pemikiran Barat mengenai teologi dan filsafat.
Terkait dengan pernyataan "Masih mau sombong?" dalam teks, perlu diingat bahwa kebenaran yang sesungguhnya dapat sulit untuk dipahami dan manusia tidak mampu mengetahui segalanya. Namun, hal ini tidak harus menjadi alasan untuk sombong atau meremehkan pemahaman kita sendiri. Sebaliknya, kita harus terus belajar dan berusaha untuk memperluas pemahaman kita tentang dunia dan Tuhan, tanpa sombong atau meremehkan kemampuan kita untuk memahami yang lebih tinggi.
Phytagoras adalah seorang filsuf dan matematikawan kuno yang hidup sekitar abad ke-6 SM. Namun, ia tidak memperkenalkan konsep Tuhan yang sama dengan konsep Allah dalam agama Islam.
Phytagoras mempunyai pandangan filosofis yang kompleks mengenai alam semesta dan keberadaan. Ia menganggap bahwa segala sesuatu dalam alam semesta memiliki nilai matematika yang mendasar dan terdapat harmoni yang teratur dalam seluruh keberadaan.
Meskipun Phytagoras dan para pengikutnya mengagungkan matematika dan menganggapnya sebagai sumber pengetahuan tertinggi, mereka tidak mengembangkan konsep Tuhan yang spesifik. Namun, mereka menganggap bahwa terdapat kekuatan kosmis yang menggerakkan alam semesta dan memberikan harmoni dan keselarasan di dalamnya.
Dalam pandangan mereka, kekuatan kosmis ini dapat ditemukan dalam bilangan dan proporsi matematika yang ada di alam semesta. Meskipun pandangan ini tidak sama dengan konsep Allah dalam agama Islam, konsep kekuatan kosmis ini dapat dianggap sebagai suatu bentuk spiritualitas atau keyakinan dalam sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri.
Meskipun Phytagoras dan para pengikutnya menganggap bahwa terdapat kekuatan kosmis yang menggerakkan alam semesta dan memberikan harmoni dan keselarasan di dalamnya, mereka tidak secara spesifik menyebutnya sebagai Tuhan. Konsep kekuatan kosmis dalam pemikiran Phytagoras dan para pengikutnya lebih merupakan suatu keyakinan atau spiritualitas yang mengakui keberadaan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri dan memberikan keselarasan dan keteraturan di alam semesta.
Namun, penting untuk diingat bahwa pandangan Phytagoras mengenai kekuatan kosmis tersebut berbeda dengan konsep Tuhan dalam agama-agama monoteistik seperti Islam, Kristen, atau Yahudi. Dalam agama-agama tersebut, Tuhan dipandang sebagai penguasa yang mengatur alam semesta dan memberikan hukum dan nilai-nilai moral bagi umat manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar