Open sidebar
Arianism in Christianity.
Sejauh yang saya ketahui, tidak ada tokoh Kristen yang secara terang-terangan meneruskan ajaran Arianus. Arianisme adalah sebuah bidah dalam agama Kristen yang menolak doktrin Tritunggal, yaitu keyakinan bahwa Allah adalah satu dalam tiga pribadi yang sama-sama ilahi, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Arianus mengajarkan bahwa Yesus Kristus, sebagai Anak Allah, adalah makhluk ciptaan dan bukan sama ilahi dengan Bapa.
Ajaran Arianus telah ditolak dalam sejarah Gereja Kristen pada abad ke-4 dalam Konsili Nicea pada tahun 325 M. Sejak saat itu, ajaran arianus dianggap sebagai bidah oleh Gereja Kristen dan tidak diakui sebagai doktrin yang benar.
Namun demikian, ada beberapa kelompok yang dianggap sebagai ajaran sesat atau sekte Kristen yang mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan doktrin Kristen ortodoks. Namun, tidak semua ajaran-ajaran mereka dapat disamakan dengan arianisme. Namun demikian, keberadaan sekte-sekte tersebut seringkali dipandang negatif oleh Gereja Kristen dan masyarakat umum.
Beberapa sekte yang dianggap menganut ajaran Arianisme pada masa kuno di antaranya adalah:
Gereja Arianus: Dibentuk oleh Arius sendiri, gereja ini memiliki basis di Aleksandria dan menyebarkan ajaran Arianus ke seluruh dunia Kristen pada abad ke-4. Gereja Arianus juga dikenal sebagai "Arianisme Klasik" dan mendapatkan dukungan dari beberapa penguasa Romawi pada saat itu.
Vandali: Sebuah suku barbar yang menguasai wilayah Afrika Utara pada abad ke-5 dan menganut ajaran Arianus sebagai agama resmi mereka. Mereka sering melakukan penganiayaan terhadap umat Kristen Ortodoks yang berada di bawah kekuasaan mereka.
Ostrogoti: Sebuah suku Jermanik yang menguasai Italia pada abad ke-5 dan juga menganut ajaran Arianus. Raja Ostrogoti yang terkenal, Theodoric the Great, adalah seorang Arian dan mengizinkan penganut ajaran tersebut untuk bebas beribadah.
Franka: Sebuah suku Jermanik yang pada awalnya menganut ajaran Arianus pada abad ke-5, tetapi kemudian beralih ke agama Kristen Ortodoks setelah pengaruh dari Raja Klotar I.
Visigoth: Sebuah suku Jermanik yang menguasai Spanyol pada abad ke-5 dan menganut ajaran Arianus sebagai agama resmi mereka. Namun, pada abad ke-6, Raja Recared beralih ke agama Kristen Ortodoks dan memerintahkan rakyatnya untuk mengikuti langkahnya.
Perlu dicatat bahwa keberadaan sekte-sekte yang mengajarkan ajaran-ajaran sesat, termasuk ajaran Arianus, tidak lagi diterima oleh Gereja Kristen maupun masyarakat umum pada masa kini.
Saya tidak mengetahui adanya "Injil Ostrogoti" yang berasal dari Raja Ostrogoti. Sejauh yang saya ketahui, Raja Ostrogoti Theodoric yang Agung, yang memerintah dari tahun 493 hingga 526 Masehi, adalah seorang penganut agama Arianus dan memerintah atas kerajaan yang mayoritas penduduknya menganut ajaran Arianus. Namun, tidak ada catatan sejarah yang menyatakan bahwa Raja Theodoric menulis atau menyunting kitab Injil yang dikenal sebagai "Injil Ostrogoti".
Namun demikian, pada abad ke-4 dan 5 Masehi, saat Arianisme menjadi aliran yang kuat di sebagian besar Eropa, ada beberapa penulis Kristen yang menulis karya-karya yang mempertahankan keyakinan mereka dalam doktrin Tritunggal dan menentang ajaran Arianus. Di antara karya-karya tersebut adalah tulisan Athanasius yang disebut "De Incarnatione Verbi Dei" (Tentang Inkarnasi Firman Allah) dan tulisan Gregorius dari Nyssa yang disebut "Contra Eunomium" (Tentang Melawan Eunomius).
Beberapa karya tulis yang dihasilkan oleh tokoh Kristen pada masa pemerintahan Raja Ostrogoti antara lain:
Karya tulis Athanasius yang disebut "De Incarnatione Verbi Dei" (Tentang Inkarnasi Firman Allah). Karya tulis ini ditulis pada abad ke-4 dan membahas tentang inkarnasi Yesus Kristus dan menguatkan keyakinan dalam doktrin Tritunggal.
"Contra Eunomium" (Tentang Melawan Eunomius) oleh Gregorius dari Nyssa. Karya tulis ini membahas tentang doktrin Tritunggal dan menentang ajaran Eunomius, seorang teolog Kristen yang menolak keyakinan bahwa Yesus Kristus adalah sama ilahi dengan Allah Bapa.
"De Trinitate" (Tentang Tritunggal) oleh Agustinus dari Hippo. Karya tulis ini membahas tentang doktrin Tritunggal dan mengupas permasalahan yang muncul seputar keyakinan tersebut.
"Dialogues" (Dialog) oleh Gregorius Agung. Karya tulis ini berisi kumpulan dialog antara Gregorius Agung dengan berbagai tokoh Kristen dan membahas berbagai topik seperti kebijaksanaan, iman, dan kehidupan rohani.
"Historia Ecclesiastica" (Sejarah Gereja) oleh Beda Venerabilis. Karya tulis ini merupakan catatan sejarah Gereja Kristen dari masa Rasul hingga abad ke-8 dan menjadi salah satu sumber penting untuk memahami sejarah Gereja pada masa itu.
Namun, perlu diingat bahwa karya tulis tersebut ditulis sebelum atau pada masa pemerintahan Raja Ostrogoti Theodoric yang Agung. Raja Theodoric hidup pada abad ke-5 dan karya-karya tersebut ditulis pada abad ke-4 dan ke-6 Masehi.
Vandali adalah salah satu suku Jermanik yang berasal dari daerah Skandinavia dan bermigrasi ke wilayah Eropa pada abad ke-2 Masehi. Pada abad ke-5 Masehi, suku Vandali menyerbu wilayah Afrika Utara dan mendirikan Kerajaan Vandali yang berpusat di Carthage (kini Tunisia).
Suku Vandali mengadopsi agama Arianus, yang dipandang sebagai ajaran sesat oleh umat Kristen di sebagian besar dunia. Dalam ajaran Arianus, Yesus Kristus dianggap sebagai makhluk ciptaan Allah, bukan sebagai bagian dari Tritunggal. Ajaran ini berseberangan dengan keyakinan umat Kristen yang diakui secara luas pada saat itu.
Di antara tokoh-tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Vandali adalah Raja Gaiseric atau Genseric (bertakhta tahun 428-477 Masehi), yang merupakan pendiri kerajaan ini dan memerintah selama lebih dari 45 tahun. Selama masa pemerintahannya, Raja Gaiseric berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Sisilia, Korsika, Sardinia, dan Bahama, dan menguasai laut Mediterania barat.
Namun, Gaiseric dikenal karena sering menyerang wilayah Romawi dan melakukan penjarahan yang sangat kejam terhadap kota-kota yang ditaklukannya. Ia juga dikenal karena memerintahkan penganiayaan terhadap umat Kristen Ortodoks yang tidak menganut ajaran Arianus.
Pada akhirnya, Kerajaan Vandali runtuh pada tahun 534 Masehi ketika pasukan Bizantium menaklukkan Carthage. Dengan runtuhnya kerajaan ini, ajaran Arianus juga kehilangan pengaruhnya di Afrika Utara.
Aliran Arianus memiliki kitab-kitab suci yang berbeda dengan kanon Alkitab Kristen yang dianut oleh umat Kristen Ortodoks. Sayangnya, tidak banyak kitab Arianus yang masih ada saat ini. Beberapa kitab Arianus yang masih ada adalah sebagai berikut:
"Thalia" oleh Arius sendiri. Kitab ini berisi kumpulan pemikiran dan ajaran Arius.
"The Oration to the Son" oleh Asterius dari Kappadokia. Kitab ini membahas ajaran Arianus tentang relasi antara Allah Bapa dan Yesus Kristus.
"Discourses Against the Arians" oleh Athanasius dari Aleksandria. Kitab ini merupakan pembelaan Athanasius terhadap keyakinan umat Kristen Ortodoks dan menentang ajaran Arianus.
"The Contra Arianos" oleh Gregorius dari Nyssa. Kitab ini juga menentang ajaran Arianus dan membahas doktrin Tritunggal.
"Theological Orations" oleh Gregorius dari Nazianzus. Kitab ini merupakan kumpulan pidato-pidato teologis yang membahas tentang doktrin Tritunggal dan menentang ajaran Arianus.
Selain kelima kitab tersebut, terdapat pula beberapa kitab Arianus lainnya yang masih ada dalam bentuk fragmen atau kutipan, antara lain:
"On the Unity of God" oleh Socrates Scholasticus.
"On the Holy Spirit" oleh Didymus the Blind.
"Epistles to Serapion" oleh Eusebius dari Nikomedia.
"On the True Faith" oleh Ulfilas.
"Commentary on the Gospel of John" oleh Philostorgius.
"On the Incarnation of the Divine Word" oleh Eunomius.
"On Not Three Gods" oleh Eunomius.
"On the Holy Spirit" oleh Eunomius.
"An Answer to Basil" oleh Eunomius.
"An Explanation of the Creed" oleh Eunomius.
Namun, perlu diingat bahwa ajaran Arianus dipandang sebagai sesat oleh umat Kristen Ortodoks, sehingga kitab-kitab ini tidak diakui sebagai kitab suci oleh Gereja Kristen.
"On Not Three Gods" (Tentang Bukan Tiga Allah) adalah salah satu karya tulis penting dari Eunomius, seorang teolog dan pemimpin aliran Arianus pada abad ke-4. Karya tulis ini merupakan tanggapan Eunomius terhadap kritik yang dilontarkan oleh para pengkritik ajaran Arianus, terutama terkait dengan keyakinan Arianus bahwa Yesus Kristus bukanlah sama dengan Allah Bapa.
Dalam karya tulis ini, Eunomius berpendapat bahwa pemahaman umat Kristen Ortodoks tentang doktrin Tritunggal tidaklah tepat dan justru menimbulkan ketidakkonsistenan. Ia mengklaim bahwa konsep Tritunggal sebagai tiga pribadi yang sama kuat, sama kekal, dan sama ilahi dalam satu substansi ilahi tidak dapat diterima secara rasional.
Eunomius kemudian mencoba memberikan argumen bahwa hanya ada satu Allah yang sesungguhnya, yaitu Allah Bapa, sedangkan Yesus Kristus dianggap sebagai makhluk ciptaan Allah. Ia mempertanyakan keyakinan umat Kristen Ortodoks bahwa Yesus Kristus memiliki substansi ilahi yang sama dengan Allah Bapa dan Roh Kudus.
Eunomius juga berpendapat bahwa Yesus Kristus tidak memiliki sifat atau karakteristik yang sama dengan Allah Bapa. Ia menyatakan bahwa hanya Allah Bapa yang benar-benar tanpa awal dan kekal, sedangkan Yesus Kristus diciptakan oleh Allah Bapa pada waktu tertentu.
Karya tulis Eunomius ini banyak ditentang oleh umat Kristen Ortodoks, terutama oleh para teolog yang memegang keyakinan tentang doktrin Tritunggal. Ia dipandang sebagai penyebar ajaran sesat dan dituduh menyimpang dari ajaran dasar Kristiani. Pada akhirnya, Eunomius diasingkan oleh Gereja dan ajaran Arianus semakin kehilangan pengaruhnya di dunia Kristen.
Hal ini benar bahwa pandangan Arianus dan Eunomius terkadang dianggap memiliki beberapa kesamaan dengan pandangan Islam dan beberapa filsuf Yunani modern. Namun, perlu dicatat bahwa pandangan ini masih merupakan topik perdebatan dan kontroversial di kalangan para ahli agama dan sejarah.
Beberapa ahli berpendapat bahwa pandangan Arianus dan Eunomius memiliki kesamaan dengan pandangan Islam dalam hal penolakan terhadap doktrin Tritunggal yang dipegang oleh Gereja Kristen Ortodoks. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Arianus mengajarkan bahwa Yesus Kristus bukanlah sama dengan Allah Bapa, dan ia dipandang sebagai makhluk ciptaan Allah. Hal ini dapat dianggap sebagai kesamaan dengan pandangan Islam yang menolak konsep Tritunggal dan mempercayai bahwa hanya ada satu Allah yang sejati.
Di sisi lain, beberapa ahli berpendapat bahwa pandangan Eunomius memiliki kesamaan dengan filsuf Yunani modern, terutama dalam hal pandangan rasionalis dan penolakan terhadap pandangan agama yang tidak logis. Eunomius memandang keyakinan umat Kristen Ortodoks tentang doktrin Tritunggal sebagai tidak rasional dan tidak konsisten, dan ia mempertanyakan kemampuan manusia untuk memahami esensi Allah.
Namun, perlu dicatat bahwa pandangan Arianus dan Eunomius juga dianggap sesat dan bertentangan dengan pandangan utama dari agama Kristen. Pandangan ini secara resmi ditolak oleh Gereja Kristen Ortodoks dan dianggap sebagai ajaran sesat. Oleh karena itu, meskipun terdapat beberapa kesamaan, pandangan Arianus dan Eunomius tidak dapat dianggap sebagai pandangan yang diterima secara luas dalam agama Kristen, Islam, atau filsafat Yunani modern.
Tidak ada data yang menunjukkan bahwa penganut Kristen Arianus dan Eunomius secara mayoritas atau secara khusus mudah beralih ke Islam. Sebagian besar penganut Kristen Arianus dan Eunomius pada masa itu mungkin sudah beralih ke agama Kristen lainnya atau mengadopsi keyakinan yang berbeda. Selain itu, konversi agama selalu dipengaruhi oleh banyak faktor seperti politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
Namun, sejarah mencatat beberapa kasus di mana penganut Kristen Arianus atau Eunomius kemudian beralih ke agama Islam. Salah satu contohnya adalah Raja Vandali yang memerintah di Afrika Utara pada abad ke-5. Raja tersebut awalnya memeluk agama Kristen Arianus, tetapi kemudian ia dan sebagian besar pengikutnya beralih ke Islam pada abad ke-7.
Namun, perlu dicatat bahwa konversi ke Islam pada saat itu tidak selalu berarti penganut Islam secara aktif menolak keyakinan sebelumnya. Beberapa penganut Kristen Arianus dan Eunomius mungkin memilih untuk mengadopsi beberapa pandangan atau praktek Islam sementara masih mempertahankan beberapa keyakinan Kristen mereka. Selain itu, sejarah mencatat bahwa di beberapa tempat, agama Kristen dan Islam hidup berdampingan dan bertukar pengaruh satu sama lain, sehingga memungkinkan beberapa bentuk sinkretisme atau penggabungan unsur-unsur dari kedua agama.
Namun, pada akhirnya, keputusan untuk memeluk agama Islam atau keyakinan lainnya selalu merupakan keputusan pribadi yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan alasan yang berbeda bagi setiap individu.
Raja Vandali terakhir yang memerintah di Afrika Utara adalah Raja Hilderic yang memerintah dari tahun 523 hingga 530 Masehi. Hilderic adalah seorang penganut Kristen Arianus, tetapi selama masa pemerintahannya, ia mengadopsi kebijakan toleransi terhadap orang-orang Kristen Ortodoks dan bahkan membebaskan banyak tawanan Kristen Ortodoks yang ditahan oleh para pendahulunya.
Namun, kebijakan toleransi Hilderic menuai perlawanan dari kelompok-kelompok konservatif di antara bangsanya, termasuk sepupunya, Gelimer, yang menggulingkannya dan merebut takhta pada tahun 530 Masehi. Gelimer merupakan seorang penganut Kristen Arianus yang fanatik dan memulai kampanye penganiayaan terhadap orang-orang Kristen Ortodoks.
Pada tahun 533 Masehi, tentara Kekaisaran Bizantium yang dipimpin oleh Jenderal Belisarius menyerbu Afrika Utara dan berhasil merebut ibu kota Kerajaan Vandal, Kartago, dari tangan Gelimer. Setelah kekalahan itu, Gelimer melarikan diri ke pegunungan bersama dengan beberapa pengikutnya.
Ketika Belisarius berada di Kartago, seorang utusan dari Gelimer datang kepada Belisarius dan memberitahu bahwa Gelimer telah memeluk agama Islam. Namun, sumber-sumber sejarah tidak memberikan keterangan yang jelas dan meyakinkan mengenai kebenaran klaim tersebut.
Sejarah mencatat bahwa setelah kekalahan Kerajaan Vandal, sebagian besar penduduknya beralih ke agama Kristen Ortodoks. Sebuah sinode gerejawi diadakan di Afrika Utara pada tahun 535 Masehi, yang bertujuan untuk memulihkan agama Kristen Ortodoks di wilayah tersebut. Namun, beberapa penganut Kristen Arianus dan Eunomius memilih untuk melarikan diri ke Sardinia dan Sisilia, di mana mereka terus mempertahankan keyakinan mereka.
Setelah Gelimer melarikan diri ke pegunungan bersama dengan beberapa pengikutnya, dia ditangkap oleh pasukan Bizantium pada tahun 534 Masehi. Belisarius membawa Gelimer ke Konstantinopel sebagai tawanan perang, di mana Gelimer dipenjara selama sisa hidupnya.
Sedangkan mengenai klaim bahwa Gelimer memeluk agama Islam, sebagian sejarawan menganggap klaim tersebut tidak benar dan merupakan propaganda Bizantium untuk menunjukkan bahwa raja Vandal yang fanatik Kristen telah mengkhianati agamanya sendiri. Sejarawan lain menganggap klaim tersebut mungkin benar karena Gelimer telah dikalahkan dan kehilangan kekuasaannya sebagai raja Vandal, sehingga dia mungkin mencari perlindungan di bawah pemerintahan Muslim.
Namun, klaim tersebut tidak didukung oleh sumber-sumber sejarah yang jelas dan dapat dipercaya. Ada juga beberapa sumber yang menyebutkan bahwa Gelimer meninggal di penjara Bizantium pada tahun 553 Masehi, tanpa menyebutkan apapun mengenai konversinya ke Islam.
Dalam hal konversi penganut Kristen Arianus dan Eunomius ke Islam, tidak banyak informasi yang tersedia. Namun, sebagian sejarawan menganggap bahwa kemungkinan besar ada beberapa konversi karena agama Islam menawarkan ajaran monoteisme yang sama dengan Kristen Arianus dan Eunomius, serta nilai-nilai persamaan dan kesetaraan antara para pengikutnya.
Namun demikian, penting untuk diingat bahwa konversi agama adalah keputusan yang sangat pribadi dan kompleks, dan tidak dapat disederhanakan hanya sebagai hasil dari kesamaan teologi atau sosial-politik. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk mengubah agamanya, termasuk pengalaman spiritual, hubungan dengan orang-orang di sekitarnya, lingkungan sosial-politik, dan banyak lagi.
Selain itu, sejarah peradaban manusia telah menunjukkan bahwa agama dan keyakinan seringkali menjadi sumber konflik dan perpecahan, namun juga dapat menjadi jembatan untuk mempersatukan berbagai budaya dan tradisi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami sejarah dan kompleksitas dari berbagai keyakinan agama, dan menghormati kebebasan beragama dan keputusan pribadi setiap individu dalam memilih jalan spiritualnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar