Open sidebar
Yakobus, Pembawa Kristen Syiria.
Pembawa pertama kali Kristen Ortodoks Syiria adalah Santo Yakobus Rasul, juga dikenal sebagai Yakobus sang Adil atau Yakobus saudara Yesus. Dia adalah salah satu dari dua belas murid pertama Yesus dan dianggap sebagai salah satu pemimpin gereja perdana.
Setelah kematian Yesus dan kebangkitannya, Yakobus menjadi pemimpin gereja di Yerusalem dan memimpin komunitas Kristen di sana. Dia juga menulis Surat Yakobus dalam Perjanjian Baru, yang dianggap sebagai salah satu kitab yang paling awal ditulis dalam kanon Perjanjian Baru.
Yakobus kemudian menjadi martir pada sekitar tahun 62 M, ketika dia dibunuh oleh para pemuka Yahudi karena kepercayaannya. Namun, warisan rohani dan ajarannya terus hidup di antara orang Kristen Ortodoks Syiria dan gereja-gereja lain yang berafiliasi dengan tradisi tersebut.
Konsep Trinitas sebagai doktrin resmi dalam Kekristenan belum dibentuk pada masa hidup Santo Yakobus, dan tidak ada catatan sejarah yang menunjukkan bahwa dia menyatakan dukungannya atau penolakannya terhadap konsep tersebut. Konsep Trinitas, yang mengajarkan bahwa Allah adalah satu dalam tiga pribadi, yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus, berkembang dalam beberapa abad setelah kematian Yakobus.
Namun, Santo Yakobus mempercayai keunikan Allah dan keilahian Yesus Kristus. Dalam Surat Yakobus yang terdapat dalam Perjanjian Baru, ia menekankan pentingnya iman dan perbuatan bagi orang Kristen dan mengajarkan tentang kasih dan belas kasih sesama manusia. Ia juga memperingatkan tentang bahaya memilih kekayaan dunia dan kesombongan. Ajarannya menggarisbawahi kesetiaan kepada Allah dan menyerukan orang Kristen untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Jadi, meskipun kita tidak tahu secara pasti pandangan Santo Yakobus tentang Trinitas, dia adalah seorang pemimpin gereja yang taat dan diakui sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah Kekristenan awal.
Tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan tentang ajaran atau rukun syarat shalat khusus yang diajarkan oleh Santo Yakobus. Namun, sebagai salah satu murid Yesus dan pemimpin gereja awal, Yakobus pasti mempraktikkan dan mengajarkan shalat sebagai bagian integral dari kehidupan rohaninya.
Sebagai seorang Yahudi, Yakobus mungkin telah meneruskan tradisi doa Yahudi yang sudah ada pada zamannya, seperti shalat tiga kali sehari dan doa sebelum makan. Namun, sebagai seorang Kristen, ia juga mungkin telah memodifikasi dan menekankan pentingnya doa dalam nama Yesus Kristus.
Karena tidak ada informasi yang spesifik mengenai ajaran atau rukun syarat shalat yang diajarkan oleh Santo Yakobus, umat Kristen Ortodoks Syiria, yang mengikuti tradisi yang dia dirikan, mengikuti praktik doa dan ibadah Kristen yang lazim dilakukan oleh umat Kristen pada umumnya, termasuk doa pribadi, doa bersama, dan partisipasi dalam perayaan Ekaristi atau Kebaktian.
Sebagian besar umat Kristen Ortodoks Syiria melakukan shalat mereka dengan berdiri, tidak dengan sujud di atas bumi atau sajadah seperti dalam tradisi Islam. Ini mencerminkan perbedaan antara praktik shalat dalam Islam dan Kristen.
Dalam tradisi Kristen Ortodoks Syiria, shalat biasanya dilakukan di gereja atau kapel dan melibatkan doa dan nyanyian dalam bahasa Aram, bahasa yang digunakan oleh Yesus dan murid-murid-Nya. Tidak seperti dalam tradisi Islam, bumi atau sajadah tidak dianggap sebagai tempat suci atau tempat ibadah dalam tradisi Kristen.
Namun, ada beberapa kelompok Kristen Ortodoks Syiria yang melakukan shalat dengan sujud di atas bumi atau sajadah. Ini terutama terjadi di kalangan kelompok Kristen Ortodoks Syiria yang tinggal di wilayah yang lebih dekat dengan wilayah Muslim atau yang memiliki pengaruh Islam yang lebih besar. Dalam kasus ini, praktik sujud dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap kebiasaan dan tradisi Muslim setempat.
Namun, praktik sujud dalam shalat bukanlah praktik umum dalam tradisi Kristen Ortodoks Syiria dan dapat bervariasi tergantung pada konteks dan budaya tempat umat Kristen Ortodoks Syiria berada.
Tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan kapan persisnya umat Kristen Ortodoks Syiria mulai melakukan ibadah sujud di atas sajadah. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, sujud dalam shalat bukanlah praktik umum dalam tradisi Kristen Ortodoks Syiria dan dapat bervariasi tergantung pada konteks dan budaya tempat umat Kristen Ortodoks Syiria berada.
Namun, ada beberapa kelompok Kristen Ortodoks Syiria yang melakukan sujud dalam shalat sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap kebiasaan dan tradisi Muslim setempat, terutama di wilayah yang lebih dekat dengan wilayah Muslim atau yang memiliki pengaruh Islam yang lebih besar. Praktik sujud ini mungkin berkembang dari interaksi dan pengaruh antara umat Kristen Ortodoks Syiria dengan umat Muslim di daerah-daerah tersebut.
Namun, ini bukanlah praktik yang umum di kalangan umat Kristen Ortodoks Syiria secara keseluruhan dan tidak termasuk dalam praktik resmi atau doktrin yang diakui oleh Gereja Ortodoks Syiria.
Tidak ada persamaan antara ajaran Ortodoks Syiria dengan ajaran gereja Arianisme. Sebaliknya, ajaran Ortodoks Syiria merupakan penerus langsung dari ajaran Kristen kuno yang sama dengan ajaran gereja-gereja Kristen lainnya, sedangkan Arianisme adalah bidah atau ajaran sesat yang ditekankan oleh Arius pada abad ke-4 Masehi.
Arianisme menyatakan bahwa Yesus Kristus bukanlah sama dengan Allah Bapa, tetapi diciptakan oleh-Nya sebagai makhluk yang paling mulia. Arianisme juga menolak doktrin Tritunggal tentang Allah, yang mengajarkan bahwa Allah terdiri dari Tiga Pribadi yang sama-sama ilahi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Sebaliknya, Ortodoks Syiria mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang sama dengan Bapa dan Roh Kudus, dan mempercayai doktrin Tritunggal sebagai bagian integral dari kepercayaan Kristen. Gereja Ortodoks Syiria juga memegang bahwa kitab suci yang terinspirasi secara ilahi adalah otoritatif dan mutlak, dan mendasarkan praktik dan doktrin mereka pada pengajaran Alkitab dan tradisi gereja Kristen awal.
Dalam kesimpulannya, tidak ada persamaan antara ajaran Ortodoks Syiria dan Arianisme, karena Ortodoks Syiria mengakui Yesus Kristus sebagai Allah yang sama dengan Bapa dan Roh Kudus, sementara Arianisme menolak keyakinan ini dan mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah makhluk diciptakan.
Pernyataan bahwa Arianisme mirip dengan ajaran Islam dalam menilai Isa Almasih adalah tidak akurat. Walaupun terdapat beberapa kesamaan antara ajaran Arianisme dan pandangan Islam mengenai Yesus, kedua pandangan ini secara mendasar berbeda dan tidak dapat disamakan.
Arianisme, seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, adalah ajaran sesat yang ditekankan oleh Arius pada abad ke-4 Masehi. Arianisme mengajarkan bahwa Yesus Kristus bukanlah sama dengan Allah Bapa, tetapi diciptakan oleh-Nya sebagai makhluk yang paling mulia. Oleh karena itu, Arianisme menolak konsep Tritunggal tentang Allah, yang mengajarkan bahwa Allah terdiri dari Tiga Pribadi yang sama-sama ilahi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Dalam hal ini, Arianisme jelas berbeda dengan ajaran Islam.
Di sisi lain, pandangan Islam tentang Yesus tidak sama dengan pandangan Arianisme. Islam mengakui Yesus sebagai nabi yang diutus oleh Allah, tetapi tidak mengakui keilahian atau ketuhanan-Nya. Dalam pandangan Islam, Yesus hanyalah seorang manusia yang dilahirkan oleh seorang ibu yang suci, yang memiliki kemampuan untuk melakukan mukjizat dan diangkat ke langit oleh Allah.
Meskipun terdapat beberapa kesamaan antara ajaran Arianisme dan pandangan Islam mengenai Yesus, seperti tidak mengakui keilahian-Nya, namun kedua pandangan ini secara mendasar berbeda. Arianisme didasarkan pada ajaran Kristen awal yang kemudian ditolak oleh mayoritas gereja Kristen, sementara Islam memiliki pandangan yang unik mengenai Yesus yang tidak ditemukan dalam agama-agama lain.
Dalam keyakinan Islam, Isa Al-Masih (Yesus Kristus dalam bahasa Arab) dikenal sebagai salah satu nabi dan rasul Allah yang penting. Namun, tidak ada catatan dalam sumber-sumber Islam yang menyatakan bahwa Isa Al-Masih pernah bertemu dengan Nabi Muhammad atau menyebutkan nama Nabi Muhammad secara spesifik.
Dalam Al-Quran, Isa Al-Masih dianggap sebagai nabi dan rasul yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan pesan-Nya kepada Bani Israel (anak-anak Yakub) di masa lalu. Al-Quran juga mencatat beberapa mukjizat yang dilakukan oleh Isa, seperti menyembuhkan orang buta, menghidupkan orang mati, dan berbicara dalam keadaan bayi. Selain itu, dalam tradisi Islam, Isa Al-Masih dianggap sebagai salah satu nabi yang paling penting dan dihormati, bersama dengan Nabi Muhammad dan para nabi lainnya seperti Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Daud.
Namun, walaupun Isa Al-Masih dihormati dalam agama Islam, ada beberapa perbedaan antara pandangan Islam dan pandangan Kristen tentang siapa Isa Al-Masih sebenarnya. Dalam Kristen, Isa dianggap sebagai Putra Allah yang lahir dari seorang perawan, sementara dalam Islam, Isa dianggap sebagai seorang nabi manusia yang diutus oleh Allah.
